Kreativitas Ronald pun diuji. Akhirnya, dia memutuskan untuk belajar sendiri bahasa pemograman di rumah sambil tetap mengikuti standar kurikulum yang ditetapkan kampus. Sayangnya, keterbatasan biaya membuat Ronald tidak mampu memiliki komputer sendiri untuk mengutak-atik bahasa pemograman yang menjadi spesifikasinya. Tidak habis akal, Ronald pun menuliskan kode-kode program di buku dan kemudian mencobanya di tempat penyewaan komputer.
Tentu saja, cara manual ini terbilang aneh; belajar komputer, kok, tanpa komputer. Tetapi, cara yang dilakukan Ronald sekira satu tahun masa perkuliahan ini terbukti ampuh menempa kemampuannya menganalisis coding program komputer. Semakin lama berlatih, Ronald semakin mengerti apa yang dikerjakannya.
Ketika akhirnya memiliki komputer, bungsu dari empat bersaudara itu makin bersemangat mengulik habis bahasa program di luar pakem yang diajarkan kampus. Dia pun memanfaatkan kesempatan untuk terlibat dalam proyek-proyek IT yang ditawarkan berbagai pihak.
"Latihan-latihan ini penting untuk mengembangkan kemampuan kita dalam spesifikasi IT yang kita geluti. Sebab, ilmu dari kampus saja tidak cukup. Selain itu, kesempatan terlibat dalam suatu proyek memberi kita kesempatan mengenal dunia kerja yang sesungguhnya," ujar Ronald ketika berbincang dengan Okezone, baru-baru ini.
Lulus dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ronald pun memanfaatkan keahliannya di berbagai perusahaan. Kesempatan bergabung dengan situs berita online pertama di Indonesia memberikan pria kelahiran Pematang Siantar, 15 Februari 1981 ini pemahaman tentang dunia jurnalistik dan perkembangan internet di Tanah Air.
Sekira 2008 Ronald ikut membangun portal News and Entertainment Okezone.com. Ronald pun harus mampu menjawab berbagai permasalahan keredaksian dan non-redaksi dalam bahasa sistem IT. Bersama timnya, Ronald menghadirkan beragam inovasi IT agar pembaca Okezone bisa mendapatkan berita secara cepat dan nyaman dilihat.
"Bagi saya, rekan kerja adalah teman diskusi untuk memecahkan suatu masalah bersama-sama," kata penyuka fotografi itu.
Menggeluti dunia IT menciptakan candu tersendiri bagi Ronald. Sering kali dia lupa waktu ketika sedang menguji program baru. Bahkan, tidak jarang Ronald menghabiskan malam di kantor dan langsung bekerja lagi keesokan harinya. Ronald mengaku, konsistensinya dalam bidang IT lebih pada memaksimalkan apa yang sudah menjadi keahliannya.
"Jika suatu saat keahlian saya ini dicabut, saya tidak tahu mau jadi apa?" tuturnya seraya tergelak.
Overview Profesi di Bidang IT
Salah satu dampak globalisasi adalah massifnya perkembangan IT. Tidak heran, jurusan IT kian menjadi favorit di perguruan tinggi meski biaya kuliahnya cenderung lebih mahal dibandingkan jurusan lainnya. Bagaimana profesi di bidang yang akan dijalani para mahasiswa IT ini?
Plus Minus
Saat ini, profesi di bidang IT lebih dihargai karena sudah terlihat perannya di dunia nyata. Ketika memutuskan mengambil jurusan Ilmu Komputer, Ronald memprediksi bahwa information and communication technology (ICT) akan makin merambah berbagai sendi kehidupan. Dia mengilustrasikan, pada 1998-1999 saja ketika dia mulai menggeluti IT, otomatisasi sudah diterapkan pada banyak sektor. Contoh paling sederhana, warung telekomunikasi (wartel). Operator wartel menggunakan sistem komputasi untuk mengurus tagihan tiap pelanggan.
"Sekarang coba lihat, sektor apa yang tidak menggunakan IT?" ujarnya
Selain itu, dari segi pendapatan, profesi ini cukup menghasilkan. Dibandingkan era 90-an, profesional di bidang IT saat ini mendapat gaji cukup baik.
Sayangnya, masyarakat belum mengenal profesi IT secara spesifik. Kebanyakan orang menggeneralisasikan profesional IT sebagai seseorang yang paham komputer secara keseluruhan. Padahal, layaknya dokter, profesional IT juga memiliki spesialisasi tersendiri. Ada yang ahli di bidang infrastruktur IT, hardware, software, jaringan, atau web development. Ronald sendiri memiliki spesifikasi pada bidang software development.
Ronald mengimbuh, di kantor, para profesional IT pun dianggap seperti dokter umum. Biasanya, teman-teman divisi non-IT sering kali meminta bantuan soal komputer yang sebenarnya di luar divisi mereka. Tidak jarang dia ditanya soal PC yang hang, padahal itu adalah domain hardware.
"Kalau kebetulan saya menghadapi situasi seperti itu, ya biasanya saya coba bantu sebisa saya," imbuhnya.
Prospek Karier
Booming IT di berbagai sektor kehidupan menggambarkan betapa prospektifnya bidang ini di masa depan. Bahkan, Ronald memprediksi, sektor IT akan berkembang lebih besar dari sektor pertambangan. Terlebih mengingat sumber daya alam (SDA) yang kian menipis.
Pandangan Ronald tidaklah muluk-muluk. Nyatanya, IT kian besar karena makin banyak bidang yang terlibat dan terpaut fungsinya. IT kini semakin banyak merasuk ke berbagai sendi kehidupan masyarakat, pada hal sederhana sekali pun.
Perusahaan sendiri memerlukan profesional IT untuk mendukung operasional mereka, mulai dari instalasi hardware komputer penunjang kerja, jaringan internet, dan berbagai teknis lainnya. Bahkan, perusahaan kecil yang bidang operasionalnya jauh dari bidang IT pun membutuhkan jasa profesional IT. Ronald mencontohkan, butik pasti memerlukan sistem tersendiri untuk mencatat stok barang yang mereka miliki. Dan sistem ini disokong oleh IT.
"Ini menunjukkan masih banyak posisi vacant yang bisa diisi oleh para sarjana IT," kata Ronald.
Persiapan Menjadi Profesional IT
Mereka yang mau menggeluti IT sebagai bidang profesi tentu harus memiliki modal pengetahuan tentang IT yang bisa didapat di bangku kuliah. Meski begitu, ilmu dari kampus sejatinya tidak cukup. Sebab, sering kali kurikulum lambat mengikuti perkembangan teknologi yang trennya sangat cepat berubah.
Ronald menyarankan, selain belajar dengan giat sesuai kurikulum kampus, seorang calon profesional IT juga sebaiknya giat belajar dan berlatih di luar kampus untuk menguasai setidaknya satu spesifikasi tertentu. Misalnya, mereka yang mengambil software development harus punya modal penguasaan satu atau dua bahasa pemograman yang levelnya bukan lagi "kata pengantar".
"Artinya, pelajarilah satu dua bahasa program hingga kita paham betul dan menguasai sepenuhnya bahasa program tersebut. Ini akan jadi modal ketika kita melamar kerja. Karena spesifikasi yang kita miliki akan menjadi nilai tambah ketimbang mereka yang hanya menguasai permukaan-permukaan dari banyak bahasa program," tutur Ronald.
Penguasaan keterampilan ber-IT ini juga dapat diperoleh dengan rajin mengikuti berbagai proyek IT, baik itu dari kampus maupun non-kampus. Dengan demikian, kata Ronald, kita akan memahami kesesuaian antara teori yang didapat dari kampus dengan kenyataan pada dunia kerja yang sesungguhnya.
Poin lain yang tidak kalah penting adalah, setelah bekerja, sebaiknya kita memaksimalkan potensi dan kemampuan kita. Tidak lupa, kita juga harus mengembangkan diri agar menjadi lebih baik. Saran Ronald adalah, mengupgrade kemampuan kita hingga pada titik aman, yaitu satu level ketika kita tidak lagi khawatir akan dipecat perusahaan atau ketika kita dengan percaya diri mampu menerima atau menolak pinangan perusahaan lain.
"Periode untuk mencapai titik aman ini kita tentukan sendiri, kira-kira berapa tahun yang kita butuhkan," ujar Ronald.
(rfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar